Bisnis monyet (monkey business) disini bukan berarti harafiah berjualan monyet ya, Memang ada kaitannya tetapi bukan itu. Sebelum membahas bisnis monyet lebih dalam mari membaca sedikit cerita dariku, Tenang! Ini bukan prospek bisnis atau apapun, jadi jangan tutup halaman ini dulu karena ini hal yang penting untuk anda ketahui.
Aku tidak menyangka tulisan bisnis pertamaku di blog ini ternyata membahas bisnis monyet, tetapi karena ini hal yang penting maka aku akhirnya menulisnya juga.
Berawal dari seorang teman yang tergila-gila dengan batu akik, Dia memamerkan padaku sebuah batu akik yang baru dibelinya senilai 5 juta rupiah. Dia tersenyum sangat lebar saat menunjukan batu akik yang kini menghiasi jarinya, Awalnya aku tidak tega namun akhirnya sebelum dia membeli batu lain dengan harga lebih mahal akhirnya aku katakan padanya.
"Kawan, Kamu terjebak bisnis monyet." Dia menjadi bingung, tentu saja ini adalah istilah yang kebanyakan diketahui oleh mereka yang bergerak dibidang keuangan terutama seputar saham.
Inilah penjelasannya Bisnis Monyet yang legendaris ini
Dalam bahasa Inggris, Monkey Bussiness dapat berarti:
1. frivolous or mischievous behavior. (nakal, jahat, merecok, merugikan)
2. improper or underhanded conduct; trickery. (tingkah laku yang licik)
Di Wall Street istilah ini sangat terkenal sekali. Pada awalnya Wall Street adalah sebuah nama jalan di pinggiran kota Manhattan di New York yang membujur mulai dari timur yaitu dari Broadway menuruni lembah ke arah South Street di East River, melewati pusat historis dari distrik keuangan Amerika yaitu Manhattan.
Lalu apa hubungannya dengan Bisnis monyet? Mari simak kisah berikut agar mudah memahaminya.
Suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50.000,- per ekor. Padahal monyet disana sama sekali tak ada harganya karena jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet disekitar desa pun kemudian mulai masuk hutan dan menangkapinya satu persatu.
Kemudian si orang kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 50.000,- . Karena penangkapan secara besar-besaran akhirnya monyet-monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut..
Maka si orang kaya pun sekali lagi kembali untuk mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp 100.000 per ekor. Tentu saja hal ini memberi semangat dan "angin segar" bagi penduduk desa untuk kemudian mulai untuk menangkapi monyet lagi. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dari hari ke hari dan semakin sulit dicari, kemudian penduduk pun kembali ke aktifitas seperti biasanya, yaitu bertani.
Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga Rp 150.000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit dicari.
Sekali lagi si orang kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp 500.000,- per ekor!
Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis, asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Dengan tiada kehadiran si orang kaya, si asisten pun berkata pada penduduk desa: "Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp 350.000,- / ekor dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp 500.000,- . Bagaimana...?".
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Namun... Kemudian...
Mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten di desa itu!
Selamat datang di Wall Street..!
Inilah yang dikatakan orang "Monkey Bussiness"!
Indonesia sendiri sudah banyak sekali sejarah bisnis monyet, misalnya saja Ikan Lohan, Ikan Arwana, Pohon Anthorium, dan yang kini populer adalah bisnis Agate atau Batu Akik.
Memang benar ada batu Akik yang bernilai sangat tinggi karena keindahnya namun bagi sebagian orang memamfaatkan hal ini untuk membuat semua batu akik menjadi tinggi nilainya.
Saya sendiri seorang pengemar batu, dan memang mengkoleksi cukup banyak batu ruby, opal, saphire, zamrud, Kecubung, dan Agate karena itu aku cukup memahami hal ini.
Batu yang dibeli oleh teman saya seharga 5 juta itu bisa kalian tebak harganya 5 tahun yang lalu? Paling mahal tidak lebih dari 50 ribu rupiah saja. Hati-hati dalam ikut berbisnis, bisa jadi itu bisnis monyet.
Semoga tulisan ini bermamfaat :)
*dari berbagai sumber
Aku tidak menyangka tulisan bisnis pertamaku di blog ini ternyata membahas bisnis monyet, tetapi karena ini hal yang penting maka aku akhirnya menulisnya juga.
Berawal dari seorang teman yang tergila-gila dengan batu akik, Dia memamerkan padaku sebuah batu akik yang baru dibelinya senilai 5 juta rupiah. Dia tersenyum sangat lebar saat menunjukan batu akik yang kini menghiasi jarinya, Awalnya aku tidak tega namun akhirnya sebelum dia membeli batu lain dengan harga lebih mahal akhirnya aku katakan padanya.
"Kawan, Kamu terjebak bisnis monyet." Dia menjadi bingung, tentu saja ini adalah istilah yang kebanyakan diketahui oleh mereka yang bergerak dibidang keuangan terutama seputar saham.
Inilah penjelasannya Bisnis Monyet yang legendaris ini
Dalam bahasa Inggris, Monkey Bussiness dapat berarti:
1. frivolous or mischievous behavior. (nakal, jahat, merecok, merugikan)
2. improper or underhanded conduct; trickery. (tingkah laku yang licik)
Di Wall Street istilah ini sangat terkenal sekali. Pada awalnya Wall Street adalah sebuah nama jalan di pinggiran kota Manhattan di New York yang membujur mulai dari timur yaitu dari Broadway menuruni lembah ke arah South Street di East River, melewati pusat historis dari distrik keuangan Amerika yaitu Manhattan.
Lalu apa hubungannya dengan Bisnis monyet? Mari simak kisah berikut agar mudah memahaminya.
Suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50.000,- per ekor. Padahal monyet disana sama sekali tak ada harganya karena jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet disekitar desa pun kemudian mulai masuk hutan dan menangkapinya satu persatu.
Kemudian si orang kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 50.000,- . Karena penangkapan secara besar-besaran akhirnya monyet-monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut..
Maka si orang kaya pun sekali lagi kembali untuk mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp 100.000 per ekor. Tentu saja hal ini memberi semangat dan "angin segar" bagi penduduk desa untuk kemudian mulai untuk menangkapi monyet lagi. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dari hari ke hari dan semakin sulit dicari, kemudian penduduk pun kembali ke aktifitas seperti biasanya, yaitu bertani.
Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga Rp 150.000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit dicari.
Sekali lagi si orang kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp 500.000,- per ekor!
Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis, asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Dengan tiada kehadiran si orang kaya, si asisten pun berkata pada penduduk desa: "Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp 350.000,- / ekor dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp 500.000,- . Bagaimana...?".
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Namun... Kemudian...
Mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten di desa itu!
Selamat datang di Wall Street..!
Inilah yang dikatakan orang "Monkey Bussiness"!
Indonesia sendiri sudah banyak sekali sejarah bisnis monyet, misalnya saja Ikan Lohan, Ikan Arwana, Pohon Anthorium, dan yang kini populer adalah bisnis Agate atau Batu Akik.
Memang benar ada batu Akik yang bernilai sangat tinggi karena keindahnya namun bagi sebagian orang memamfaatkan hal ini untuk membuat semua batu akik menjadi tinggi nilainya.
Saya sendiri seorang pengemar batu, dan memang mengkoleksi cukup banyak batu ruby, opal, saphire, zamrud, Kecubung, dan Agate karena itu aku cukup memahami hal ini.
Batu yang dibeli oleh teman saya seharga 5 juta itu bisa kalian tebak harganya 5 tahun yang lalu? Paling mahal tidak lebih dari 50 ribu rupiah saja. Hati-hati dalam ikut berbisnis, bisa jadi itu bisnis monyet.
Semoga tulisan ini bermamfaat :)
*dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar